Skip to main content

Perihal Rindu Terabaikan

Pada awalnya adalah gunung yang memendam rindu kepada langit. Ia habiskan waktunya untuk menunggu. Agar langit mendekat. Setiap hari, gunung berdoa agar langit melihatnya. Untuk sekadar menatap dari kejauhan. Tapi langit begitu angkuh. Acuh dan menolak untuk sekadar melihat. Langit mengabaikan rindu sang gunung. Maka, tak kuatlah perasaan membuncah sang gunung. Gunung murka atas rindunya yang terabaikan oleh keacuhan langit. Gunung bergetar dengan hebat. Siap melonjak untuk mendekati sang langit. Tak peduli lagi atas perasaan suka yang pernah tertanam.

Sungguh benarlah, jarak rindu dan benci hanya setipis air mata dan tangis. Gunung memuntahkan setiap caci dan maki. Dengan lahar yang merah seperti api. Kelak, orang-orang menyebut itu sebagai bencana letusan merapi. Mereka tak tahu, bahwa itu adalah amarah dari rindu gunung yang terabaikan.
#AKSARATUA

Comments